BI Prediksi Inflasi mulai Naik Juli

Ekonomi / jum'at, 28 Mei 2010 18:47 WIBMetrotvnews.com, Jakarta: Bank Indonesia menilai tekanan inflasi masih cenderung stabil hingga turun di semester I 2010. Sedangkan, kenaikan inflasi akan dimulai di Juli dengan puncaknya di Agustus karena memasuki Ramadhan dan Idul Fitri.

Menurut Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo, tekanan inflasi di awal 2010 cenderung rendah. Hal ini didorong kenaikan suplai dan penguatan rupiah. Kenaikan suplai terjadi di bahan makan khusunya beras yang di Maret ini membukukan deflasi 0,02%. Alhasil, hasil pantauan harga BI memperlihatkan, inflasi Maret mencapai 0,07% (mom) atau 1,21% (ytd), dan 3,65% (yoy).

"Survey pemantauan harga di 14 kota terhadap 40 komoditas, inflasi Maret masih rendah. Bahkan, tekanan inflasi diperkirakan masih akan rendah atau turun seiring masa panen," jelas Perry dalam perbincangan dengan wartawan, di Jakarta, Selasa (30/3).

Menurut Perry, kenaikan suplay terjadi pada bahan makanan. Di Maret ini, petani akan memasuki masa panen raya yang akan berlanjut dalam du bulan ke depan. Sehingga, tekanan inflasi di semester satu terbilang rendah. Hal ini diperkuat dengan penguatan rupiah yang menekan inflasi dari barang impor.

Perry memprediksi, tekanan inflasi akan meningkat pada Juli 2010. Tekanan ini akan mencapai puncaknya pada Agustus 2010. Saat itu, masyarakat memasuki masa puasa dan hari raya lebaran. Alhasil, inflasi akan mengalami peningkatan hingga akhir 2010.
Kendati demikian, Perry menjelaskan meski tekanan inflasi masih rendah, optimisme konsumsi masih besar. Hal ini diperlihatkan oleh survey BI terhadap indeks kepercayaan konsumen (IKK). Hingga Maret ini, IKK menunjukkan penguatan sebesar 2,1 poin hingga menjadi 107,4 poin.

"Jika indeks di atas 100 artinya konsumen masih optimistis terhadap ekonomi nasional. Sehingga, kemungkinan peningkatan konsumsi masih akan terjadi," tutur Perry.

Perry mengingatkan, di April nanti pegawai negeri sipil akan menikmati kenaikan gaji sebesar 5%. Sedangkan, trend harga diperkirakan masih akan menurun hal ini dipelihatkan indeks ekspektasi haraga. Hingga Maret, indeks ekspektasi harga mengalami penurunan dari 160,2 poin menjadi 155,1 poin. Dengan begitu, kecenderungan konsumsi masih akan meningkat, masih cukup besar.

Sementara itu, Deputi Direktur Pengelolaan Moneter BI Wiwiek Sisto Widayat mengatakan BI masih belum melihat persoalan di inflasi. Meski dia mengakui, likuiditas di masyarakat memperlihatkan kecenderungan meningkat. Hal ini disebabkan berbagai pasokan likuiditas baik dari pemerintah ke masyarakat atau dari masuknya investas. Namun, BI akan tetap melakukan operasi moneter.

"Hingga 26 Maret operasi moneter BI telah membukukan angka Rp360,7 triliun. Operasi ini meliputi lelang SBI, repo SUN, atau melalui instrumen lainnya," jelas Wiwiek.

Lebih jauh, Wiwiek menuturkan posisi SBI hingga 26 Maret mencapai Rp297,9 triliun dan SBI syariah sebesar Rp2,2 triliun. Di instrumen revers repo SUN mencapai Rp3,2 triliun dan fine tune kontraksi Rp30,4 triliun. Sementara melalui Fasbi mencapai Rp24,52 triliun dan Fasbi Syariah Rp3 triliun. (MI/ICH)

0 { ADD KOMENTAR }:

Search