Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya public yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sector swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya swasta secara bertanggung jawab.
Pembangunan ekonomi yang efisien membutuhkan secara seimbang perencanaan yang teliti mengenai penggunaan sumberdaya public dan sector swasta (petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar, organisasi-organisasi social) harus mempunyai peran dalam proses perencanaan. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi (economic entity) yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain.
5.2. Perlunya Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan pembangunan sejak masa orde lama hingga saat ini terasa kurang begitu maksimal dalam pelaksanaannya, sehingga terasa perlunya campur tangan Pemerintah dalam menciptakan pembangunan yang cepat terutama di Negara Sedang Berkembang (NSB). Pentingnya campur tangan Pemerintah, terutama dalam pembangunan daerah, dimaksudkan untuk mencegah akibat-akibat buruk dari mekanisme pasar terhadap pembangunan daerah serta menjaga agar pembangunan dan hasil-hasilnya dapat dinikmati berbagai daerah yang ada.
Myrdal (1957) berpendapat bahwa perpindahan modal cenderung menambah ketidak merataan, di daerah-daerah yang sedang berkembang, permintaan barang/jasa akan mendorong naiknya investasi, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan. Sebaliknya di daerah-daerah yang kurang berkembang, permintaan akan investasi rendah karena pendapatan masyarakat yang rendah. Semua perubahan untuk daerah-daerah yang dirugikan yang timbul karena adanya ekspansi ekonomi dari suatu daerah disebut backwash effects.
Disamping adanya pengaruh yang kurang menguntungkan bagi daerah lain sebagai akibat dari adanya ekspansi ekonomi pada daerah tertentu, ada juga keuntungan bagi daerah-daerah di sekitar di mana ekspansi ekonomi terjadi, misalnya terjualnya hasil produksi darah, adanya kesempatan kerja baru, dan sebagainya. Pengaruh yang menuntungkan karena adanya ekspansi ekonomi suatu daerah ke daerah sekitarnya dinamankan spread effects.
Sesuai dengan pendapat Myrdal di atas, Hirschman (1958) juga mengemukakan bahwa jika suatu daerah mengalami perkembangan, maka perkembangan itu akan membawa pengaruh atau imbah ke daerah lain. Menurut Hirschman, daerah di suatu Negara dapat dibedakan menjadi daerah kaya dan miskin. Jika perbedaan antara kedua daerah tersebut semakin menyempit berarti terjadinya imbas yang baik (trickling down effects). Sedangkan jika perbedaan antara kedua daerah tersebut semakin jauh berarti terjadi proses pengkutuban (polarization effects).
Pro dan kontra terhadap adanya campur tangan Pemerintah sebagai berikut:
Pihak Pro :
- Mekanisme pasar menghambat pertumbuhan ekonomi daerah terbelakag.
- Dalam mekanisme pasar, keputusan didasarkan pada metode trial & error
- Dibutuhkan oleh daerah yang baru berkembang
- Menghemat pengeluaran pemerintah untuk pembangunan daerah
- Ekspansi ekonomi yang hanya terpusat ke beberapa daerah tertentu hanya akan membawa masalah baru
Pihak Kontra :
- Mekanisme pasar mampu menciptakan harmonisasi antar daerah
- Campur tangan pemerintah akan mempengaruhi efisiensi ekonomi
- Campur tangan pemerintah dianggap “membantu yang gagal, menghukum yang sukses”
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa campur tangan pemerintah (perencanaan) untuk pembangunan daerah-daerah mempunyai manfaat yang sangat tinggi, disamping mencegah jurang kemakmuran antar daerah, melestarikan kebudayaan setempat, dapat juga menghindarkan perasaan tidak puas masyarakat. Kalau masyarakat sudah tenteram, dapat membantu terciptanya kestabilan dalam masyarakat terutama kestabilan politik, padahal kestabilan dalam masyarakat merupakan syarat mutlak jika suatu Negara hendak mengadakan pembangunan Negara secara mantap.
5.3. Implikasi Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
Ada 3 implikasi pokok dari perencanaa pembangunan ekonomi daerah :
5.4. Tahap-tahap Perencanaan Pembangunan Daerah
5.5. Sumberdaya Perencanaan untuk Pembangunan Daerah
Hampir semua orang mengetahui bahwa hasil dari suatu pertumbuhan ekonomi (pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik, peningkatan kekayaan dan pendapatan, dsb) akan memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat. Namun demikian, bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses, suatu proses di mana suatu masyarakat menciptakan suatu lingkungan (fisik/peraturan-peraturan/attitudinal) yang mempengaruhi hasil-hasil pembangunan ekonomi seperti kenaikan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Dalam menciptakan lingkungan yang sehat, pemerintah daerah menggunakan sumberdaya-sumberdaya pembangunan yang utama.
1). Lingkungan Fisik sebagai Sumberdaya Perencanaan
1) Pertumbuhan ekonomi
Analisis shift share dapat disajikan sebagai berikut :
Perubahan employment pada industry daerah = pertumbuhan ekonomi + peregeseran proporsi + pergeseran diferensial
Keterangan :
Pertumbuhan ekonomi = pertumbuhan employment secara nasional
Pergeseran proporsional = rasio pertumbuhan employment sector tertentu – rasio pertumbuhan employment nasional. Jika hasilnya positif berarti sector tersebut tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian nasional, demikian sebaliknya.
Pergeseran diferensial = rasio pertumbuhan employment daerah – rasio pertumbuhan employment sector tertentu. Jika hasilnya positif berarti daerah mempunyai daya saing yang kuat.
5.7.2. Location Quotients
Location quotient ini merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperluas analisis shift share. Teknik ini membantu kita untuk menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat self-sufficiency suatu sector.
Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
1). Kegiatan industry yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Industry seperti ini dinamakan industry basic.
2). Kegiatan ekonomi atau industry yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini dinamakan industry non basic atau industry local.
Keterangan :
vi adalah pendapatan dari indutri di suatu daerah
vt adalah pendapatan total daerah tersebut
Vi adalah pendapatan dari industry sejenis secara regional/nasional
Vt adalah pendapatan regional/nasional
Asumsi teknik ini adalah :
5.7.3. Angka Pengganda Pendapatan
Keterangan:
ri : Laju pertumbuhan ekonomi wilayah i
yi : PDRB perkapita wilayah i
r : Laju pertumbuhan ekonomi wilayah referensi
y : PDRB perkapita wilayah referensi
Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : STIE YKPN.
1). Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistic memerlukan pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional di mana daerah tersebut merupakan bagian darinya, keterkaitan secara mendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut.
2). Sesuatu yang tampaknya bik secara nasional belum tentu baik untuk daerah, dan sebaliknya yang baik bagi darah belum tentu baik secara nasioanal.
3). Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah misalnya, administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas- biayasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu, derajat pengendalian kebijakan sangat berbeda pada dua tingkat tersebut. Oleh karena itu, perencanaan daerah yang efektif harus bisa membedakan apa yang segoyanya dilakukan dan apa yang dapat dilakukan, dengan menggunakan sumberdaya-sumberdayanya pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar dapat dicapai, dan mengambil manfaat dari informasi yang lengkap yang tersedia pada tingkat daerah karena kedekatan para perencananya dengan objek perencanaan.
5.4. Tahap-tahap Perencanaan Pembangunan Daerah
Menurut Blakely (1989) ada 6 tahap dalam proses perencanaan pembangunan ekonomi daerah seperti yang disajikan pada bagan dibawah ini.
Tabel. 1.
Tahapan dan Kegiatan dalam Prses Perencanaan Pembangunan Daerah
Tahap
|
Kegiatan
|
I
|
Pengumpulan dan Analisis Data
1. Penentuan Basis Ekonomi
2. Analisis Struktural Tenaga Kerja
3. Evaluasi Kebutuhan Tenaga Kerja
4. Analisis Peluang dan Kendala Pembangunan
5. Analisis kapasitas kelembagaan
|
II
|
Pemilihan Strategi Pembangunan Daerah
1. Penentuan Tujuan dan kriteria
2. Penentuan Kemungkinan-kemungkinan Tindakan
3. Penyusunan Strategi
|
III
|
Pemilihan Proyek-proyek Pembangunan
1. Identifikasi Proyek
2. Penilaian Viabilitas Proyek
|
IV
|
Pembuatan Rencana Tindakan
1. Prapenilaian hasil proyek
2. Pengembangan input proyek
3. Penentuan alternative sumber pembiayaan
4. Identifikasi struktur proyek
|
V
|
Penentuan Rincian Proyek
1. Pelaksanaan studi kelayakan secara rinci
2. Penyiapan rencana usaha
3. Pengmbangan, Monitoring, dan Pengevaluasian Program
|
VI
|
Persiapan Perencanaan Secara Keseluruhan dan Implementasi
1. Penyiapan Skedul Implementasi Rencana Proyek
2. Penyusunan Program Pembangunan Secara Keseluruhan
3. Targeting dan Marketing Aset-aset Masyarakat
4. Pemasaran kebutuhan keuangan
|
Gambar 1
Skema Perencanaan Model Ideal
Perbandingan Penjelasan antara Blakely dan Bendavid-val
1). Pengumpulan dan analisis data bukan merupakan suatu tahap dalam proses perencanaan secara keseluruhan, namun secara terus-menerus berfungsi mendukung dan menyediakan informasi pada setiap tahap perencanaan.
2). Semua tahap dalam proses perencanaan merupakan bagian dari siklus di mana tujuan-tujuan secara periodik perlu ditinjau kembali, sarana-sarana juga perlu dirumuskan kembali, dan seterusnya.
3). Suatu rencana yang disosialisasikan bukanlah merupakan akhir dari suatu proses, namun sesuatu yang di hasilkan dari waktu kewaktu untuk kepentingan-kepentingan praktis.
5.5. Sumberdaya Perencanaan untuk Pembangunan Daerah
Hampir semua orang mengetahui bahwa hasil dari suatu pertumbuhan ekonomi (pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik, peningkatan kekayaan dan pendapatan, dsb) akan memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat. Namun demikian, bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses, suatu proses di mana suatu masyarakat menciptakan suatu lingkungan (fisik/peraturan-peraturan/attitudinal) yang mempengaruhi hasil-hasil pembangunan ekonomi seperti kenaikan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Dalam menciptakan lingkungan yang sehat, pemerintah daerah menggunakan sumberdaya-sumberdaya pembangunan yang utama.
1). Lingkungan Fisik sebagai Sumberdaya Perencanaan
Pemerintah daerah biasanya memperlihatkan masalah lingkungan fisik (infrastruktur fisik) yang tentu saja penting bagi dunia usaha dan industry. Sector swasta biasanya memiliki keinginan-keinginan, baik yang bersifat khusus maupun umum dan persyaratan-persyaratan tertentu untuk lingkungan fisik. Kebutuhan khusus biasanya mencakup jasa angkutan khusus atau jasa pembungan limbah. Dalam banyak hal, bentuk-bentuk lingkungan fisik ini bisa dibuat seragam. Dengan kata lain, pemerintah daerah bisa menyediakan jasa atau fasilitas khusus untuk memenuhi keinginan dunia usaha atau industry.
Salah satu factor yang mempengaruhi keputusan lokasi dari investasi sector swasta adalah daya tarik (attraction) atau amenity daru suatu daerah atau suatu kota. Bentuk dari daya tarik atau amenity ini sering disebut kualitas hidup. Dunia industry atau bisnis menganggap “livability” sebagai suatu factor lokasional yang penting dan pemerintah daerah berada pada posisi yang terbaik untuk memperbaiki kualitas hidup daerahnya.
2). Lingkungan Regulasi sebagai Sumberdaya Perencanaan
Kita semua memahami bahwa insentif dan kebihakan-kebijakan keuangan merupakan input penting bagi proses pembangunan ekonomi. Banyak pemerintah daerah sekarang yang dengan sungguh-sungguh mengkaji ulang system regulasinya untuk menunjukkan bahwa “biaya untuk melakukan kegiatan usaha” di daerah mereka mencerminkan keinginan mereka untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan kata lain, untuk menarik dan mengembangkan dunia usaha di daerahnya perlu penyederhanaan system regulasi. Misalnya, beberapa kota di negera mau belakangan ini telah menciptakan pusat pelayanan bisnis terpadu.
3). Lingkungan Attitudinal sebagai Sumberdaya Perencanaan
Kepututsan yang diambil sector swasta mengenai ekpansi investasi atau relokasi tidak hanya didasarkan pada data kasar. Dalam kenyataannya, keputusan akhir akan sangat dipengaruhi juga oleh semacam “feeling” atau “judgement” investor mengenai reaksi masyarakat daerah calon lokasi investasi. Dunia usaha sering kali tidak akan memilih suatu daerah tertentu karena penduduknya dikenal, misalnya bersikap “anti bisnis”.
5.6. Informasi yang Dibutuhkan dalam Perencanaan Pembangunan Eonomi Daerah
1). Data Kependudukan
Data kependudukan yang dipergunakan dalam perencanaan pembangunan daerah adalah struktur penduduk (hierarchy of age grouping) yang dikaitkan dengan tingkat pengerjaan (employment), umur, pendapatan, dan distribusi penduduk menurut pekerjaan selama kurang lebih 10 tahun yang terakhir, dan burden of dependency ratio.
Tujuan analisis kependudukan ini adalah untuk menentukan karakteristik penduduk pada suatu daerah karena karakteristik penduduk tersebut berkaitan dengan vitalitas masyarakat dan untuk menaksir target penduduk untuk kegiatan ekonomi yang diinginkan.
2). Kondisi pasar Tenaga kerja
Data yang berkenaan dengan kondisi pasar tenaga kerja antara lain : informasi tentang distribusi pengerjaan menurut jenis kelamin pada setiap industry, informasi tentang pengangguran dan setengah pengangguran setiap sector industry paling selama 5 tahun terakhir. Pola pengerjaan dalam suatu masyarakat akan menunjukkan apakah sumberdaya manusia tersedia atau dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi dan beberapa jumlah angkatan kerja yang membutuhkan.
3). Karakteristik Ekonomi
Data ekonomi yang diperlukan antara lain: basis ekonomi suatu daerah, perubahannya, dan responsnya terhadap perubahan keadaan ekonomi baru, selain kondisi ekonomi masa lalu dan sekarang, factor-faktor yang mempengaruhi vitalitas ekonomi juga perlu untuk dikaji. Pemahaman yang baik terhadap struktur ekonomi merupakan tahap yang esensial dalam merancang program pembangunan ekonomi yangka panjang.
4). Kondisi Fisik / Lokasional
Data yang diperlukan untuk kondisi fisik ini meliputi kajian tentang kondisi dan bentuk fisik dari suatu daerah yang berhubungan dengan basis ekonominya, termasuk penilaian tentang sumberdaya fiscal (pertanian, pertambangan, dan sebagainya_, ketersediaan lahan untuk kawasan undustri, jaringan transportasi dan komunikasi, persediaan perumahan, dan juga asset yang dapat digunakan untuk daerah tujuan wisata. Pendokumentasian terhadap asset-aset lokasional (dan “liabilities”) membantu kita dalam mengidentifikasi keunggulan ekonomi daerah (dan kelemahannya).
5). Layanan Jasa Bagi Masyarakat.
Data tentang jasa-jasa pelayanan social, pendidikan, rekreasi, dan budaya yang tersedia bagi masyarakat juga diperlukan. Jasa-jasa pelayanan tersebut akan menambah daya tarik daerah sebagai tempat hidup dan bekerja.
5.7. Ukuran-ukuran Pertumbuhan Ekonomi dan Keterkaitan
Ukuran-ukuran keterkaitan ekonomi (economic linkage) pada dasarnya menggambarkan hubungan antara perekonomian daerah dengan lingkungan sekitarnya. Berikut ini dijelaskan singkat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memperbandingkan perekonomian daerah.
5.7.1. Analisis Shift Share
Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional atau nasional). Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhibungan satu sama lain yaitu :
Daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sector yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.
2) Pergeseran proporsional
Mengukur perubahan relative, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industry-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan.
3) Pergeseran diferensial
Membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing industry daerah (lokasi) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industry adalah positif, maka industry tersebut lebih tinggi daya saingnya ketimbang industry yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.
Analisis shift share dapat disajikan sebagai berikut :
Perubahan employment pada industry daerah = pertumbuhan ekonomi + peregeseran proporsi + pergeseran diferensial
Pertumbuhan ekonomi = pertumbuhan employment secara nasional
Pergeseran proporsional = rasio pertumbuhan employment sector tertentu – rasio pertumbuhan employment nasional. Jika hasilnya positif berarti sector tersebut tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian nasional, demikian sebaliknya.
Pergeseran diferensial = rasio pertumbuhan employment daerah – rasio pertumbuhan employment sector tertentu. Jika hasilnya positif berarti daerah mempunyai daya saing yang kuat.
5.7.2. Location Quotients
Location quotient ini merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperluas analisis shift share. Teknik ini membantu kita untuk menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat self-sufficiency suatu sector.
Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
1). Kegiatan industry yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Industry seperti ini dinamakan industry basic.
2). Kegiatan ekonomi atau industry yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini dinamakan industry non basic atau industry local.
Dasar pemikiran teknik ini adalah teori economic base yang artinya adalah karena industry basic menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut, dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkna permintaan terhadap industry basic, tetapi juga menaikkan permintaan akan industy non basic (lokasi). Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investai pada industry yang bersangkutan sehingga investasi dalam sector industry local merupakan investasi yang didorong (induced) sebagai akibat dari kenaikan industry basic.
Tugas pertama yang harus kita lakukan adalah mennggolongkan setiap industi apakah termasuk industry basic atau non basic. Untuk keperluan ini dipakai Locaton Quotient (LQ) yaitu : usaha mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industry) dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam pereonomian daerah itu dengan peranan kegiatan atau industry sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.
Kriteria penggolongan dapat bermacam-macam sesuai dengna keperluan, misalnya dapat dilihat dari aspek kesempatan kerja, maka ukuran dasar yang dipakai adalah jumlah tenaga kerja yang diserap. Jika dilihat dari usaha menaikkan pendapatan daerah, maka ukuran dasar yang dipakai adalah besaranya kenaikan yang diciptakan didaerah.
Location Quotient (LQ) dapat juga dihitung dengan cara lain yaitu dengan membandingkan pendapatan yang berasal dari industry tekstil di darah dengan pendapatan dari seluruh industry tekstil yang ada dalam suatu Negara.
vi adalah pendapatan dari indutri di suatu daerah
vt adalah pendapatan total daerah tersebut
Vi adalah pendapatan dari industry sejenis secara regional/nasional
Vt adalah pendapatan regional/nasional
Asumsi teknik ini adalah :
1). Semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat nasional (pola pengeluaran secara geografis sama),
2). produktivitas tenaga kerja sama, dan
3). setiap industry menghasilkan barang yang homogeny pada setiap sector.
Penggunaan LQ sangat sederhana, serta dapat dipakai untuk menganalisis tentang “ekspor-impor” (perdagangan) suatu daerah, sedangkan teknik ini juga memiliki kelemahan, yaitu :
1). selera atau pola konsumsi dari anggota masyarakat adalah berlainan baik antar daerah maupun dalam suatu daerah
2). tingkat konsumsi rata-rata untuk suatu jenis barang, untuk setiap darah berbeda, artinya konsumsi rata-rata bahan pakaian darah A lebih besar dari 1 (satu) tetapi darah A “mengimpor” bahan pakaian, sedang darah B yang LQ industry bahan pakaian lebih kecil dari 1 (satu) namun dapat “mengekspor” bahan pakaian.
3). Bahan keperluan industry berbeda antar daerah. Artinya daerah A memakai benang tenun dari kapas, sedang daerah B lebih banyak memakai bahan tenun sintesis. Walaupun industry pemintalan kapas darah A mempunyai LQ lebih besar dari 1 (satu), daerah itu mungkin harus meng-impor bahan tenun dari daerah B yang mungkin industry tekstil di darah B mempunyai LQ kurang dari 1 (satu).
5.7.3. Angka Pengganda Pendapatan
Angka pengganda pendapatan (k) adalah suatu perkiraan tentang potensi kenaikan pendapatan dari suatu kegiatan ekonomi yang baru di dalam masyarakat.
5.7.4. Analisis Input Output
Input-output (I-O) adalah suatu teknik pengukuran ekonomi darah (regional). Teknik ini, yang dinalkan oleh wassily Leontief, biasanya digunakan untuk melihat keterkaitan (linkages) antara industry dalam upaya untuk memahami kompleksitas perekonomian serta kondisi yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan, teknik ini sering juga dikenal sebagai analisis antar industry (interindustry analisis).
Penggunaan analisis I-O ini sering kali harus menggunakan computer secara luas. Apalagi jika derajat sesagregasi perekonomian daerah sangat kompleks (banyak). I-O mampu mengidentifikasi interaksi atau aliran (flow) rupiah antara berbagai segmen dalam perekonomian darah. I-O menunjukkan potret perekonomian suatu darah yang menyajikan transaksi imbal-balik antara berbagai sector dalam perekonomian.
Sektor Penggolongan
| ||||||
Output
|
A
|
B
|
C
|
D
|
Permintaan Akhir
|
Total Output
|
Input
Sector A
Sektor B
Sektor C
Sektor D
|
202
32
47
86
|
182
68
35
59
|
10
2
991
565
|
12
6
334
561
|
335
339
137
1762
|
741
467
2779
3033
|
Input Primer
|
374
|
123
|
1211
|
2100
|
3181
|
6989
|
Total Input
|
741
|
467
|
2779
|
3033
|
Sumber : Arsyad, L. 1999:320
Transformasi matematis sederhana bisa dilakukan pada matriks aliran-aliran di atas untuk mendapat angka pengganda (multiplier) untuk setiap sector. Dengan menggunakan angka-angka pengganda tersebut kita dapat memperkirakan output dari kesempatan kerja, pendapatan rumah tangga, didasarkan dengan beberapa asumsi.
5.7.5. Rasio Penduduk Pengerjaan (RPP)
Salah satu cara yang terbaik umengetahui kemampuan setiap sector dalam perekonomian dalam menangkap peluang kesempatan kerja adalah dengan cara menentukan proporsi lapangan kerja yang dihasilkan untuk penduduk suatu daerah per sector. Analisis ini sering disebut dengan rasio penduduk-pengerjaan (population-employment).
5.8. Identifikasi Daerah Tertekan
Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibedakan menjadi empat klasifikasi,yaitu:
1). Kuadran I yaitu daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income) atau disebut juga sebagai daerah maju dan tumbuh cepat (rapid growth region), merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata.
2). Kuadran II yaitu daerah yang berkembang cepat (high growth but low income) atau juga disebut sebagai daerah maju tetapi tertekan (retarded region), merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tetapi pendapatan perkapitanya lebih rendah dibanding rata-rata.
3). Kuadran III yaitu daerah maju tetapi tertekan (low growth but high income) atau juga disebut sebagai daerah berkembang cepat (growing region), merupakan daerah yang memiliki pertumbuhan ekonominya lebih rendah tetapi pendapatan perkapita lebih tinggi dibanding rata-rata.
4). Kuadran IV yaitu daerah relatif tertinggal (low growth and low income) atau juga disebut sebagai daerah relatif tertinggal (relatively backward region), merupakan daerah yang pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan perkapitanya lebih rendah dibanding rata-rata.
Dengan berlandaskan dua karakteristik dasar yang dimiliki setiap daerah yaitu pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita maka daerah-daerah tersebut dapat dikelompokkan kedalam empat kelompok sehingga tiap kelompok memiliki pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda.
Klasifikasi daerah menurut analisis Klassen Tipologi
y
r
|
yi > y
|
yi < y
|
ri > r
|
Daerah Pertumbuhan Cepat
|
Daerah Sedang Tumbuh
|
ri < r
|
Daerah Tertekan
|
Daerah Relatif Tertinggal
|
Keterangan:
ri : Laju pertumbuhan ekonomi wilayah i
yi : PDRB perkapita wilayah i
r : Laju pertumbuhan ekonomi wilayah referensi
y : PDRB perkapita wilayah referensi
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : STIE YKPN.